Jumat, 22/8/2025……
Mecaru Mejaga Jaga Desa Adat Besang Kawan Tohjiwa Membersihkan dan Menetralisir Alam dari Pengaruh Negatif
Tradisi Mecaru “Mejaga-Jaga” adalah suatu tradisi yang secara rutin dilaksanakan di Kabupaten Klungkung tepatnya di Desa Pakraman Besang Kawan Tohjiwa Kelurahan Semarapura Kaja, Kecamatan Klungkung, Jumat (22/8). Hadir langsung mengikuti prosesi tersebut Wakil Bupati Klungkung, Tjokorda Gde Surya Putra didampingi Camat Klungkung I Putu Arnawa dan seluruh warga Desa Adat Besang Kawan.
Mejaga-jaga adalah bentuk caru agung untuk menetralisir desa dari ancaman sekala dan niskala — baik bahaya yang tampak maupun tak kasat mata. Oleh karena itu, tradisi ini wajib dilaksanakan demi menjaga keharmonisan desa.
Pelaksanaan Mecaru Mejaga-jaga ini menggunakan sarana Seekor Sapi pilihan. Sapi tersebut tidak boleh cacat, dan yang memilih sapi tersebut tidak sembarang orang tetapi sapi tersebut dipilih oleh keturunan Pemangku Prajapati, Pemengku Catus Pata, serta Pemangku Dalem.
Prosesi ini dimulai pukul 07.00 Wita Sapi dimandikan dan dibawa ke depan Pura Puseh Desa Setempat. Kemudian oleh Pemangku Catus Pata Sapi ditebas pada pantat sebelah kanan dengan menggunakan Balakas Sudamala yang disakralkan oleh masyarakat dan darah spipun mulai beececeran. Kemudian Sapi tersebut kembali diarak oleh masyarakat / Sarga ke selatan hingga batas desa. Persis didepan Pura Dalem kembali dilaksanakan prosesi yang sama dengan menebas pantat bagian kiri, dan selanjutnaya oleh warga sapi diarak lagi ke catus pata sebelum diarak ke timur perbatasan Desa sebelah timur. Disana Sapi kembali ditebas pada bagian pantat sebelah kanan. Sapi kembali diarak ke ke sebelah barat di depan Pura Prajapati, disana klaki sapi yang agak dibelakang kembali ditebas, dan akhirnya kembali ke Catus pata untuk dilakukan upacara selanjutnya.
Kelihatan agak sadis tetapi masyarakat menegaskan dan meyakini ceceran Darah Sapi ini diyakini sebagai darah kurban untuk menjaga Desa Besang Kawan Tohjiwa baik secara Sekala maupun secara niskala dan merupakan sarana pembersihan dan menyeimbangkan ( Nyomiang) Alam baik itu Parhyangan, Pawongan maupun Pelemahan.
Menariknya masyarakat berebutan mencari darah sapi yang bececeran, karena diyakini darah tersebut sebagai obat untuk menghilangkan semua penyakit. Pada tahap akhir dilanjutkan melakukan pecaruan dengan menggunakan kulit ( Keletan ) Sapi, dan sebelum itu, daging sapi tersebut dibagikan kepada masyarakat.
Wabup Tjok Surya mengatakan Tradisi yang disakralkan oleh warga desa besang kawan dipercaya untuk menetralisir alam dari hal-hal negatif dan memohon kesuburan agar warga diberikan kemakmuran terlebih hasil pertanian agar lebih berlimpah. “ semoga dengan digelarnya mecaru mejaga jaga ini mampu menjaga keseimbangan alam dan mampu menetralisir pengaruh pengaruh negatif secara niskala,” ujar Wabup Tjok Surya.
Dirinya juga mengatakan Tradisi mejaga-jaga sudah menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) tahun 2021 yang digelar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. “Dengan tercatat sebagai WBTB diharapkan ke depan menjadi atraksi budaya untuk memperkaya khasanah budaya nusantara dan tentunya menggaet wisatawan untuk datang ke Kabupaten Klungkung,” imbuhnya.
SALAM MAHOTTAMA